Golput Bukan Karena Gus Dur

0 Comment

Bila anda memilih golput, apakah anda bisa dianggap pendukung Gus Dur? Dan bila anda tidak golput, apakah anda menentang Gus Dur?

Menarik untuk dicermati, adanya fatwa haram tetang golput, dari Bahtsul Masail di Sidoarjo beberapa waktu lalu yang konon ternyata di sponsori kubu PKB versi Muhaimin, juga secara pribadi disampaikan oleh Hidayat Nur Wahid, dianggap sebagai upaya membendung pengaruh yang terjadi akibat dari seruan Gus Dur untuk golput, utamanya pada Pemilu 2009. Gus Dur boleh bilang kalau seruan dan ajakan golputnya telah efektif berhasil mengajak jutaan orang pemilih untuk tidak memilih pada berbagai pemilihan kepala daerah. Tetapi sebenarnya yang terjadi orang tidak memilih atau memilih golput (saya katakan demikian karena golput juga pilihan) lebih dikarenakan tidak interes kepada pemilihan itu sendiri, selain karena menganggap tidak ada gunanya membuang waktu untuk bekerja hanya untuk memilih orang yang tidak bisa memberi apa-apa. Apakah ini ada korelasinya dengan seruan Gus Dur? Sama sekali tidak! Tanpa seruan golput dari Gus Dur pun, akan tetap tinggi angka golput, karena kepercayaan masyarakat akan demokrasi di Indonesia semakin menurun. Alasan lain kenapa saya bilang begitu, ambil contoh pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur, jagonya Gus Dur, Ahmadi, yang PKB tulen, yang jelas-jelas dalam iklan dikatakan satu-satunya calon yang direstui Gus Dur, terjungkal di putaran pertama Pilkada. Padahal secara hitung-hitungan, PKB pada Pemilu 2004 mendapatkan suara 12 juta orang, yang sebagian besar (50% lebih) berasal dari Jawa Timur. Dia (Ahmadi) hanya mendapat suara 'penggembira'. Seruan Gus Dur mungkin memang menambah angin yang lebih kencang kepada semangat golput dari rakyat, tetapi tidak menjadi faktor utama.

Gus Dur memang orang yang sangat berpengaruh bagi warga nahdiyyin, yang dikenal memiliki basis massa tradisional yang loyal dan fanatik, seperti halnya PDI-P, utamanya di Jawa Timur. Sampai banyak organisasi underbow PKB menyatakan 'berani mati' demi Gus Dur, bila Gus Dur di'ganggu'. Tetapi ternyata terbukti pamor Gus Dur mulai meredup, seiring dengan semakin realistisnya masyarakat dalam menilai suatu peristiwa politik.

Terus bagaimana parpol mengatasi kemungkinan akan banyaknya golput pada Pemilu mendatang? tentunya hal yang terbaik adalah bagaimana menumbuhkan kepercayaan masyarakat betapa pentingnya menggunakan hak pilih untuk mendapatkan orang yang tepat menjadi pemimpin, bila anda tidak memilih, maka calon lain yang tidak sesuai dengan hati nurani anda bisa terpilih, karena mereka dipilih oleh orang-orang yang punya semangat tinggi memilih. Politik uanglah yang menang, karena uang yang akan menentukan partisipasi massa. Sedangkan orang-orang yang terpilih belum tentu punya kapasitas dan kapabilitas yang bagus. Dan anda akan mendapati penyesalan dikemudian hari, meskipun mungkin ada dari kita yang beranggapan siapapun yang jadi, kinerjanya nanti juga akan sama saja. Mungkin itu kata-kata yang terkesan skeptis. Bila orang yang optimis, punya harapannya akan didapatkan Pemilu yang lebih 'adil' bila kita semua yang punya hak pilih menggunakan hak itu nantinya. Sesuai dengan slogan, SUARA ANDA MENENTUKAN MASA DEPAN BANGSA.

Share

Komentar :

ada 0 Comment ke “Golput Bukan Karena Gus Dur”

Post a Comment