Mega Vs SBY, Pilih Mana?

0 Comment

Sepertinya hanya ada dua petarung besar dalam perebutan RI 1 di Pemilu 2009, Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Dua pemimpin partai besar ini secara keterpilihan dalam setiap jajak pendapat menduduki peringkat tertinggi, meskipun ada juga satu calon yang bisa jadi kuda hitam, yaitu Hidayat Nur Wakhid. Untuk yang terakhir, PKS belum menentukan sikap tentang siapa yang akan diusung sebagai Capres dan Wapres, sampai Pemilu Legislatif.

Ada kemungkinan dan harapan, Megawati menyerahkan estafet perebutan pimpinan nasional ini kepada orang lain, tetapi dari kalangan internal PDI-P sendiri terlihat lebih memilih menjagokan Mega karena popularitas Mega dianggap masih paling tinggi.
Mega telah jauh-jauh hari menyiapkan 'pasukannya' dengan berbagai strategi dan taktik pemenangan, termasuk mengangkat isu Sembako Murah pada iklan politiknya. Jargon politik PDI-P sebagai partainya wong cilik, dengan mengangkat isu pluralitas masih akan tetap dipakai.

Sementara itu dari kubu SBY juga tidak kalah. Sebagai incumbent yang untuk saat-saat sekarang SBY 'cukup' sukses menarik simpati rakyat dengan berbagai kebijaksanaan seperti penurunan harga BBM, penanggulangan korupsi (yang juga jadi tema iklan kampanye politiknya), penanggulangan krisis, dll bisa jadi modal yang baik. Juga dari segi tim pemenangan juga diisi oleh orang-orang hebat. SBY juga menghidupkan kembali lembaga-lembaga yang jadi motor penggerak pemenangannya pada Pemilu lalu baik di pusat maupun daerah.

Sekedar gambaran tingkat keterpilihan Mega sampai akhir November 2008 sebesar 16,20 %, dibawah SBY yang sebesar 36,99 %. Akan tetapi bila Mega disandingkan dengan Hidayat, didapati keterpilihan 40,2 %, sedangkan SBY bila disandingkan dengan Sri Sultan didapatkan 30,78 %.

Menarik untuk disimak, Sri Sultan dianggap orang yang cukup kuat diposisikan sebagai presiden ataupun wakil presiden. Pengamat politik Arbi Sanit menilai pengaruh primordialisme Sultan bagi orang Jawa cukup besar. Saya anggap itu tidak benar, karena Sultan meskipun jadi panutan bagi masyarakat Jogja, tetapi dia tidak cukup dikenal baik oleh orang Jawa diluar Jogja. Orang Jawa selain Sultan yang telah mempunyai reputasi tokoh nasional juga banyak, itu bila alasan memakai ikon Jawanya. Pandangan pemikiran orang Jawa modern juga tidak lagi memakai kacamata primordialisme.

Dengan peta politik seperti sekarang ini, pada akhirnya kepemimpinan nasional akan berputar dari orang-orang itu saja.
Beberapa calon alternatif yang siap maju pada pemilihan presiden mendatang juga merupakan orang-orang lama, warisan Orde Baru. Sebut saja Wiranto dengan Hanura-nya, Sutiyoso, Prabowo dengan Gerindra-nya, Sri Sultan, Yusuf Kalla. Ada beberapa yang orang baru, meskipun juga tidak benar-benar baru, tetapi tidak cukup populer, sebut saja Sutrisno Bahir, Tiffatul Sembiring, Sandiaga S. Uno, dan lain-lain.

Saya pribadi jelas tidak akan memilih Mega maupun SBY, karena keduanya telah terbukti gagal memimpin negara ini kearah yang lebih baik. Terhadap calon-calon alternatif, saya juga belum bisa yakin akan kapasitas dan kapabilitas mereka, juga integritas kerakyatan mereka.

Kemungkinan nantinya angka golput masih akan cukup tinggi, bilamana rakyat masih belum melihat pentingnya memilih pemimpin bangsa, yang tidak pernah peduli akan nasib mereka, yang pada akhirnya berprinsip siapapun yang menang, kondisi kita akan sama saja.

Semua kembali kepada anda, karena itu semua hak anda siapapun pilihan anda, tetapi lebih baik jangan golput, karena itu berarti kita tidak siap berdemokrasi.
(Beberapa data dari majalah Tempo)

Share

Komentar :

ada 0 Comment ke “Mega Vs SBY, Pilih Mana?”

Post a Comment