HENRI WIRATSONGKO

Saya membuka beberapa berita dan postingan yang mengulas tetang peringkat perguruan tinggi sedunia, baik itu versi Webomatics maupun versi Times Higher Education- QS World University Rangking (THE-QS World), yang ternyata beberapa perguruan tinggi di Indonesia bisa masuk peringkat 400 besar dunia, untuk versi Webomatics, yang diraih ITB : 315, UGM : 316 dan UI : 287 dan 1000 besar dunia versi Times Higher Education- QS World University Rangking (THE-QS World) yang diraih ITB : 826 dan UGM : 819. Memang ada perbedaan metodologi, indikator dan kriteria yang digunakan dari kedua periset tersebut dalam menentukan peringkat, sehingga menghasilkan rangking yang berbeda. Yang menarik justru UI mendapat peringkat di 1291 versi Times Higher Education, dibawah ITB dan UGM.
Peringkat THE-QS sendiri dinilai berdasarkan kualitas penelitian (research quality), kesiapan kerja lulusan (graduate employability), pandangan internasional (international outlook), dan kualitas pengajaran (teaching quality).
Indonesia masih kalah kelas dengan negara lain di Asia seperti Jepang, Thailand dan Singapore.
Bagaimana nasib almamaterku, Institut Teknologi Sepuluh Nopember? Ternyata jauh dibawah. Saya melihat memang ITS harus lebih memacu diri, terutama dalam usaha penelitian dan pengembangan, yang sifatnya orisinal. Sebenarnya ITS tidak kalah dengan PT lainnya dalam mutu dan manajemen. Juga harusnya lebih banyak diberikan nilai-nilai wirausaha dan semangat loyalitas pada almamater.
Hal yang juga berbeda adalah penilaian peringkat berdasar pada Akreditasi A yang menempatkan Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya menjadi pemenangnya.
Menurut Sekretaris Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Adil Basuki Ahza, Rabu,3 Des 2008 di Bandung, tidak ada kaitan perolehan nilai A ini dengan reputasi internasional.
Menurut pengamatan saya, memang terasa beda atmosfernya PT yang bagus dengan yang tidak. Mulai dari suasana perkuliahan, dosen-dosennya, infrastruktur pendukung,dll. Tampak dari inputnya juga, sistem didalamnya, yang mana bisa mendidik kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan tahan banting saat masuk ke dunia kerja nantinya. Juga bisa dilihat sejauhmana kualitas outputnya, apakah banyak yang berhasil, ataukah tidak. Dan memang antara lulusan PT luar negeri lebih unggul dari dalam negeri, sedang PT negeri lebih unggul dari PT swasta. Dari penilaian-penilaian ini ternyata masih sedikit PT di Indonesia yang memenuhi standar sebagai PT yang bagus, jangankan taraf internasional, nasionalpun belum. Makanya tidak mengherankan bila kualitas SDM kita masih buruk, kalah bersaing dengan SDM dari luar negeri, dan imbasnya kesejahteraan kita masih kalah baik dengan negara-negara lain disekitar kita. Semoga pendidikan Indonesia bisa semakin meningkat dan menjadi semakin besar.