Musibah Ambrolnya Tanggul Situ Gintung

1 Comment

Disaat para penguasa di negeri ini sibuk berkampanye politik untuk meraih simpati massa agar memilih mereka dan partainya (lagi) pada Pemilu, datanglah kabar duka dari Ciputat Tangerang Banten berupa bencana (alam) yang menelan korban jiwa hampir seratus orang. Dan korban masih terus bertambah. Isak tangis pecah dimana-mana. Tanggul Situ Gintung jebol!! Situ Gintung adalah danau buatan sejak jaman kolonial Belanda dibuat sekitar thn 1930 an tanpa pernah ada mengalami pembangunan ulang ataupun renovasi besar. Tanggul yang semula kokoh menahan air, suatu saat tidak mampu lagi mempersembahkan kekuatannya menghadapi kedahsyatan alam.
Mungkin bisa jadi karena dekatnya pemukiman penduduk dengan tanggul, dan terjadi pada malam hari saat orang tidur, sehingga menyebabkan banyaknya korban jiwa. Memang tata laksana dan tata letak kota-kota di Indonesia semrawut. Daerah atau tempat yang seharusnya berbahaya untuk dijadikan tempat tinggal bermunculan rumah-rumah dalam jumlah banyak. Seperti pada tebing-tebing yang rawan longsor, rawan ambles, daerah kaki gunung, bibir pantai yang rawan abrasi, dan lebih-lebih di perkotaan, dimana tidak ada lagi ruang terbuka yang tersisa untuk bisa ditinggali, sehingga memaksa warga menempati lahan apapun juga yang penting bisa hidup, meski bahaya bisa mengancam sewaktu-waktu. Di Situ Gintung, daerah resapan air, justru pohon-pohon ditebangi dan digantikan oleh pemukiman padat penduduk.

Sepertinya pemerintah menganggap remeh masalah-masalah hajat hidup masyarakat seperti perumahan dan juga prasarana dan sarana yang ada, seperti jembatan, tanggul, sekolahan, semua rawan bencana dan mencelakakan jiwa, akibat kurang perawatan, pembangunan yang asal-asalan dan usia yang sudah uzur. Mungkin bukan kali ini saja terjadi peristiwa jebolnya tanggul, runtuhnya jembatan, ambruknya sekolah, sering kita mendengarnya, bahkan jembatan yang baru dibangunpun pernah terjadi di Surabaya. Kenapa semua ini terjadi? Apakah ini cermin dari pemerintah di negara berkembang yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada warganya? Haruskah nyawa terbuang sia-sia? Ataukah hanya bilang itu semua takdir Yang Kuasa?

Proyek pembangunan tidak pernah dianggarkan kecil, semua dananya besar dan lebih dari memadai. Tetapi dalam pelaksanaannya sangat jarang proyek yang dibuat sesuai dengan dana yang dianggarkan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tidak ada kontraktor yang tidak kaya, tidak ada pegawai dinas PU yang tidak kaya, dan tidak ada pejabat daerah maupun anggota DPRD yang tidak kaya dari proyek. Proyek lebih merupakan usaha bagi-bagi uang negara untuk kekayaan pribadi, karena dana yang dianggarkan hanya separo lebih yang untuk proyek, sisanya dipakai bancakan. Jangan ada yang marah, karena ini realita korupsi yang tidak bisa dihilangkan dan paling samar untuk bisa diseret hukum, kecuali yang mainnya uang kelewat banyak, sehingga terlihat jelas diluar, seperti proyek yang amburadul, tidak sesuai bestek, padahal untuk dana yang tersedia sudah bisa dibikin bangunan yang kokoh dan megah. Lebih-lebih pada proyek bangunan air, seperti jembatan, tanggul, waduk, plengsengan, pelabuhan, dll, bagi para kontraktor, paling kentara untungnya dibanding proyek gedung maupun jalan. Seperti halnya pada kasus Situ Gintung, pemerintah sudah menganggarkan dana 43 milyar tahun 2009 hanya untuk pemeliharaan 11 situ, berarti per situ bisa 4 milyar, tetapi apa yang terjadi?

Inilah negara kita, jangan pernah tangisi kebobrokannya, tapi mari kita perbaiki bersama. Apakah anda bisa menjadikan Indonesia lebih baik?

Share

Komentar :

ada 1
dafhy said...
pada hari 

betul mas, jangan mengeluh tapi ayo kita mulai bangun negeri yang dulu katany pernah menjadi macan asia itu

Post a Comment