Kisah Indon dan Malon

4 Comment

Hubungan Indonesia-Malaysia memanas akhir-akhir ini dengan mencuatnya berbagai kasus yang melibatkan kedua negara, mulai dari kasus penyiksaan TKW, yang hal ini bukan sekali ini terjadi, ambruknya mall di KL yang menimpa dan menewaskan 4 orang TKI, kasus KDRT yang menimpa Manohara dan kasus Ambalat (mungkin Malaysia hendak mencoba mengulang sukses kasus Sipadan Ligitan).

Kalau saya melihat, dari semua kasus ini, yang jadi obyeknya adalah Indonesia dan pelakunya adalah Malaysia. Saya search ke beberapa forum diskusi, seperti Malaysia forum, kayaknya benar-benar telah terjadi 'perang'. Ini sudah yang kesekian kalinya bangsa Malaysia/Malon, mencari perkara dengan Indonesia/Indon, untunglah orang Indonesia cenderung penyabar dan mempunyai toleransi yang sangat tinggi. Kalau tidak mana mungkin mau harga dirinya terus dipermainkan dan diinjak-injak. Karakter orang Indonesia tidak akan memulai masalah bila tidak dipancing dengan masalah. Sebagai bangsa besar, Indonesia hendak dibuat rendah dengan cara-cara yang tidak bisa diterima dengan akal. Mungkin kita tidak boleh melihat sisi jeleknya saja dari hubungan bilateral ini, mengingat kita adalah bangsa serumpun dengan banyak persamaan, tetapi kenapa selalu terjadi gesekan yang timbul dari kekeliruan persepsi yang seharusnya tidak perlu terjadi. Orang Indonesia menganggap orang Malaysia sebagai orang-orang bodoh, brengsek, yang buruk kelakuannya, sebaliknya orang Malaysia menganggap orang Indonesia bangsa budak, rendah, barbar,dll. Apakah ini timbul dari rasa arogansi? kesombongan? sebagai orang Islam, arogansi, sombong itu kejahatan yang paling jahat. Hanya Tuhan yang patut sombong.

Saya sempat sangat marah ketika Malaysia mengakui sepihak Reyog sebagai bagian budaya bangsanya, karena jelas keliru besar, karena reyog adalah bagian dari sejarah Ponorogo, dan bukan sejarah Melayu. Memang jaman sekitar awal-awal berdirinya negara Malaysia, banyak warga Jawa yang mendapat kepercayaan membantu sumber daya manusia di Malaysia seperti pendidik, dokter dan lain-lain, termasuk bapak saya. Anak-anak penerus Malaysia sekarang harus tahu itu. Dan kemanapun perginya, orang Jawa membawa kebudayaannya termasuk Reyog tadi.

Kita punya batas-batas masing-masing, ada hak dan kewajiban yang seharusnya tidak saling dilanggar. Saya sendiri punya satu postingan yang dimasukkan ke dalam katalognya Malaysia. Saya rasa itu adalah bentuk apresiasi dari suatu karya, dan demikian juga saya harapkan Malaysia juga mengapresiasi karya-karya Indonesia dan batas-batas kedaulatan bangsa dengan baik dan benar.

Seharusnya kedua belah pihak segera menghentikan semua pertikaian yang bisa menjadi bola salju bagi terciptanya hubungan baik kedua negara, tetapi bila itu tidak bisa terlaksana, ibarat dua pribadi yang sudah tidak bisa disatukan selain perceraian, maka bercerailah dengan cara yang bijak. Penyelesaian harus dilakukan secara dewasa, jantan dan bertanggung jawab. Bila perang yang ditempuh, tentunya kerugian akan menimpa kedua belah pihak.
Masalah TKI, tiap pelanggaran hukum harus diproses dengan benar dan adil, apalagi bila menyangkut kejahatan berat atas hak asasi manusia, seperti penyiksaan yang sangat sadis dan sangat tidak manusiawi. Dan seharusnya Malaysia juga berterima kasih kepada Indonesia, karena TKI membantu dalam pengadaan tenaga kasar yang sulit didapat di Malaysia, dan jangan itu jadi anggapan orang Malaysia bahwa Indonesia bangsa yang rendah. Kalau memang Malaysia tidak menginginkan TKI bekerja disana, ya jangan diteruskan. Masalah Manohara, bila memang ada pihak yang dirugikan, maka tentu harus ditempuh jalur hukum. Adalah keliru besar bila ada yang mengatakan semua perempuan Indon bisa dibeli dengan uang. Masalah Ambalat, jangan lagi Malaysia menganggap itu perlu dimiliki, karena itu jelas tidak benar, karena secara hukum, Indonesia pemilik sah Ambalat.

Share

Komentar :

ada 4 Comment ke “Kisah Indon dan Malon”
Dum said...
pada hari 

Malon memang suka maling....

malon? said...
pada hari 

salam,
apa yg berlaku jangan dilihat secara umum, ini hanya segelintir rakyat malaysia sahaja, semua ini tidak bisa di kaitkan kepada seluruh rakyat malaysia...

Unknown said...
pada hari 

tidak semua rakyat malaysia kayak gitu, tapi pemerintah malaysia harus bertanggungjawab atas kelakuan sebagian besar rakyatnya! pemerintah malaysia tidak mau bertanggungjawab, karena mereka sendiri menganggap kita RENDAH!

xxx said...
pada hari 

Memang bikin panas kelakuannya. Tapi, mungkin benar kalau tidak semuanya begitu.

Post a Comment