Yang Lumrah Terjadi di Indonesia

0 Comment

Berikut ini hal-hal yang biasa terjadi di Indonesia, sehingga sudah menjadi langganan, yang mungkin di luar Indonesia ada, tapi banyak terjadi di Indonesia.

Banjir Musiman
Indonesia yang mengenal dua musim, musim kemarau dan musim hujan, membawa dampak resiko karena iklim, bila musim kemarau, banyak terjadi kebakaran, terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, sering sekali terjadi kebakaran yang menimpa pemukiman padat penduduk. Dan bila musim hujan tiba, yang terjadi sebaliknya, dimana-mana ribuan rumah terendam air, dan itu terjadi terus-menerus setiap tahun. Kenapa? Tingginya intensitas air, ditambah semakin berkurangnya daerah resapan air, pembangunan perumahan yang menyalahi tata kota, sehingga menutup jalannya air, mendangkalnya sungai-sungai karena sampah, perusakan hutan dan sumber-sumber plasma nutfah, terganggunya ekosistem akibat pemanasan global, menjadi faktor utamanya. Dan sampai sekarang belum ada pemerintahan manapun yang mampu atau mau mengatasinya.

Kesurupan Massal
Mungkin ini cenderung jadi tren, yang ke depan akan masih terus terjadi di negara ini. Kebanyakan disikapi sebagai gangguan makhluk halus/roh jahat. Roh jahat penunggu di tempat itu mengamuk, karena sebab ini itu, tetapi saya mensikapinya itu sebagai histeria massa. Terjadi pada orang-orang yang labil jiwanya dan lemahnya kematangan pribadi karena terjadinya kecemasan yang meluap hebat tapi ditekan oleh alam bawah sadarnya. Setelah tak mampu menampung lagi maka terjadilah disossiatif atau kesurupan ini. Bisa juga menimbulkan kepribadian ganda, sehingga bisa meniru suara-suara aneh. Kenapa bisa menular? bisa menular mempengaruhi yang lain akibat tersugesti dari temannya yang lebih dulu kesurupan.

Untuk mencegah terjadinya kesurupan massal sebenarnya mudah dan sederhana. Ketika terjadi kesurupan, mereka yang terkena pertama kali (key person) harus segera diisolasi di tempat tertentu. Cukup ditunggui satu atau dua orang. Paling sepuluh menit ia akan normal.


Urbanisasi
Jakarta sebagai ibukota negera ini, pusatnya semua kegiatan ekonomi, masih menjadi daya tarik yang luar biasa bagi kebanyakan orang, ibarat lampu besar di tengah malam, menarik ribuan laron untuk mengerumuninya.
Meskipun pada kenyataannya penduduk yang melakukan unrbanisasi terus menurun, tetapi masih akan terjadi terus-menerus.
Saat ini kepadatan penduduk yang ada di Jakarta sebesar 13.200 jiwa/kilo meter persegi. Dan akan semakin padat dan padat, sampai terasa penuh sesak berdesak-desakan.

Dampak urbanisasi menciptakan masalah kemiskinan baru, antara lain akibat tidak
tersedianya lapangan pekerjaan, ketidaksiapan infrastruktur, perumahan dan layanan publik
tetapi urbanisasi berdampak positif kepada percepatan pertumbuhan ekonomi kota. Jakarta mungkin tidak akan seperti sekarang kalau yang jadi penghuninya hanya orang Betawi.
Akan tetapi urbanisasi juga melahirkan berbagai permasalahan, seperti kriminalitas, rusaknya lingkungan hidup, kesenjangan ekonomi dan sosial, dll.

Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan kembali terjadi. Hampir seluruh Sumatera dan Kalimantan kembali diselimuti asap tebal. Kebarakan hutan ini merupakan bencana yang setiap tahun terus terjadi. Kebakaran hutan skala besar adalah fenomena yang menjadi sebuah kecenderungan yang merutin dalam 20 tahun terakhir. Tahun 1982, kebakaran hutan di Kalimantan Timur menghanguskan lebih dari 3 juta hektar, lalu berturut-turut kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1991, 1994 dan terakhir pada tahun 1997 yang melahap kawasan hutan dan lahan seluas ± 10 juta hektar, masing-masing 5 juta ha di Kalimantan dan Sumatera - pemerintah mengklaim luas kebakaran hutan adalah seluas 0,5 juta hektar. Kebanyakan kebakaran hutan karena faktor kesengajaan manusia, seperti pembukaan lahan pertanian dan perkebunan dengan cara membakar hutan, pembukaan areal hutan untuk pemukiman dll.


Kelangkaan Bahan Bakar
Kelangkaan elpiji terus terjadi, dimana-mana orang antre berpuluh-puluh meter untuk mendapatkan isi setabung elpiji atau seliter minyak tanah. Pun juga denga harga yang tinggi. Akibatnya, masyarakat bawah sengsara. Merekalah target program konversi minyak tanah ke elpiji yang selama setahun ini menjadi program pemerintah. Di satu sisi minyak tanah makin terbatas, di sisi lain pasokan gas kemasan 3 kilogram tak mampu memenuhi kebutuhan. Ada lonjakan jumlah permintaan yang sebelumnya tak diperkirakan. Semula diduga kebutuhan gas hanya 10 ribu ton, ternyata permintaan mencapai 90 ribu ton. Ditambah dengan faktor lemahnya jalur distribusi dan instalasi pengisian gas, kelangkaan itu makin menjadi selama tiga bulan terakhir. Faktor utama dari kelangkaan bahan bakar ini yaitu ketidaksiapan pemerintah membuat program konversi energi. Maka, pemerintah harus berani membuat terobosan. Selain ngebut membangun instalasi pengisian gas dan infrastruktur distribusi, pemerintah harus berani mengambil langkah darurat. Salah satunya, menunda untuk sementara program konversi minyak tanah ke bahan bakar gas bagi wilayah yang belum siap. atau biarkan rakyat yang menentukan pilihan, mau tetap memakai minyak tanah ataukah elpiji.

Dan masih banyak lainnya. Mungkin ada yang mau menambahkan?



Share

Komentar :

ada 0 Comment ke “Yang Lumrah Terjadi di Indonesia”

Post a Comment